Enam belas
tahun sudah Indonesia meraih reformasi yang diimpikan banyak pihak.
Meninggalkan bekas yang tampak terlihat
sangat jelas, mulai dari perubahan sistem
hingga kehidupan masyarakatnya. Juga meninggalkan bekas luka yang amat dalam
bagi bangsa ini sendiri. Indonesia berada pada masa sulit dan mencekam pada
saat itu. Catatan sejarah menuliskan betapa mencekamnya peristiwa yang terjadi
di beberapa kota besar di Indonesia itu. Mei 1998, sejarah dunia mencatat
gejolak di Indonesia. Gejolak yang berujung pada jatuhnya Presiden Soeharto.
Aksi kerusuhan massa, penjarahan, dan pemerkosaan juga berlangsung dengan
brutal. Reformasi terus bergulir, namun pemicu kerusuhan yang sebenarnya masih
bersembunyi di balik debu. Tanda Tanya masih melekat di balik peristiwa yang
memakan banyak korban yang tak berdosa. Gambaran betapa kelamnya sebuah negara
yang masih muda dan memulai untuk berkembang. Indonesia menjadi sorotan dan
perbincangan dunia.
‘’SEPULUH hari yang mengoyak Indonesia.’’ Kisah ini
dimulai bergeraknya jarum jam pada 12 Mei. Jarum jam itu berhenti ketika 4
mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, ditembak mati oleh oknum aparat
keamanan ketika terjadi demonstrasi mahasiswa. Dalam tempo 24 jam, insiden
penembakan itu membakar amarah massa. Di tengah situasi itu pula, sebuah
program anti-Cina dilancarkan. Warga keturunan Cina berlarian meninggalkan ibu
kota. Jakarta tidak ubahnya sebuah ‘’zona perang.’’ Ujung-ujungnya, Presiden
Soeharto pun dipaksa mundur. Tetapi, arah nasib bangsa ini pun belum jelas. Apa
yang dicita-citakan jelas dalam UUD 1945 dan Pancasila menemui jalan terjal.
Sejarah Indonesia memang beberapa kali mencatat noda
hitam aksi kekerasan. Namun, siapa penggeraknya, hampir tidak pernah
diidentifikasi secara jelas. Itulah sosok-sosok ‘’pemimpin bayangan’’. Siapa
mereka, tidak seorang pun berani membuka mulut. Sebab, mereka adalah
orang-orang superkuat, yang hukum pun seolah anti menjamahnya.
Kali ini, insiden Trisakti itu memberikan gambaran
riil. Dua orang oknum polisi diajukan ke pengadilan militer sebagai pesakitan.
Tetapi, benarkah mereka pelakunya? Jujur saja, sebagian rakyat Indonesia
percaya bahwa para terdakwa itu hanya ‘’kambing hitam’’. Pengadilan militer itu
hanya bagian sebuah upaya melindungi kepentingan militer yang lebih besar.
Hasil investigasi dari sebuah majalah di Asia – termasuk
wawancara dengan beberapa perwira militer, pengacara, aktivis hak asasi manusia
(HAM), para korban, dan saksi mata– menyimpulkan, penembakan Trisakti,
kerusuhan, penjarahan, dan aksi pemerkosaan terhadap para wanita Cina itu
benar-benar sudah direncanakan. Di antara bukti yang didapat selama investigasi
itu adalah hilangnya empat perwira polisi lengkap dengan seragamnya beberapa
hari sebelum penembakan itu terjadi. Lagi pula, peluru yang diambil dari tubuh
korban Trisakti itu bukanlah peluru resmi milik kepolisian. Belum cukup di
situ. Bukti lain menyatakan bahwa dua orang lelaki, yang kini dalam
persembunyian, mengakui bahwa mereka sengaja direkrut untuk memancing
kerusuhan. Bahkan, sumber-sumber militer mengatakan bahwa untuk kali pertama
mereka berhasil menyadap arus komunikasi beberapa markas AD di Jakarta dengan
kelompok-kelompok provokator pada 14 Mei lalu.
Pertanyaannya, bila kerusuhan itu sengaja
digerakkan, tentu pasti ada dalangnya. Identitas si dalang ini memang tidak
pernah gamblang. Namun, salah seorang yang disebut-sebut terkait dengan
serangkaian aksi kerusuhan itu adalah menantu Soeharto, Letjen TNI Prabowo
Subianto, yang saat itu menjabat Pangkostrad. Bahkan, beberapa kalangan
menilai, keterlibatan Prabowo itu sudah kelewat jelas. Tanda tanya besar masih
simpang siur diperbincangkan banyak orang. Siapa sesungguhnya dalang peristiwa
berdarah itu belum jelas. Pertanyaan baru kemudian muncul silih berganti tanpa
jeda. Bangsa yang susah payah dibangun dan terbebas dari penjajahan ini malah
terjajah oleh tangan-tangan orang dalam bangsa ini. Kebenaran sesungguhnya
memang belum terkuak. Keempat mahasiswa yang menjadi korban penembakan tersebut
juga menunggu keadilan.
Semua bangsa boleh memiliki sejarah kelam, dan dari
sejarah kelam tersebut menjadi sebuah pelajaran berharga untuk masa depan
bangsanya dalam menata pemerintahan juga
masyarakatnya.
Anonim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar