I. PENDAHULUAN
Bahasan mengenai sejarah
Indonesia memanglah sangat menarik untuk dikaji khususnya periode abad 16
hingga 18, bahkan tiap-tiap wilayahpun seolah-olah lupa akan sejarah
wilayah itu sendiri yang tak dipungkiri wilayah itu bukan hanya berjaya dimasa
kini tetapi sudah menjadi wilayah penting sejak jaman dahulu atas ketangguhan
seorang pemimpin juga. Mengingat para sejarawan kita masa-masa ini hanya
terfokus terhadap perpolitikan yang dominan dipimpin kaum laki-laki sejak jaman
kolonial hingga reformasi, padahal peranan kaum perempuan pun tidak kalah
penting dalam kancah perpolitikan bahkan pemerintahan. Ketika kita tahu
bagaimana perjalanan sejarah dan kejayaannya sejak ratusan tahun yang lalu, itu
akan menambah rasa cinta kita terhadap Indonesia, kita akan mengetahui banyak
hal bagaimana sepak terjang wilayah kita dan bagaimana pemimpinnya hingga
menjadi wilayah seperti sekarang ini. Ketika mempelajari bahasan ini, kita akan
memperoleh pandangan yang lebih lengkap bagaimana peranan historis dan
kedudukan seorang wanita juga memainkan peranan penting sehingga mampu memimpin
Jepara menjadi suatu wilayah yang diperhitungkan pada masa kerajaan Demak. Ratu
Kalinyamat adalah sosok wanita yang mandiri, tangguh, bahkan disegani di
masanya.
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana
peranan Jepara dalam bidang Politik dan Ekonomi ?
2. Bagaimana
peranan Ratu Kalinyamat dalam perebutan tahta di Kerajaan Demak ?
3. Untuk apa Ratu
Kalinyamat bertapa ?
4. Bagaimana
kepemimpinan Ratu Kalinyamat dalam masa keemasan dan kemundurannya ?
II.PEMBAHASAN
1.1 Peranan Jepara dalam bidang Politik dan Ekonomi
Adanya sungai-sungai besar yang
mengalir ke pantai utara membuat Jepara menjadi suatu wilayah yang stategis
dalam mengekspor hasil-hasil Sumber daya alam pedalaman seperti beras, gula,
madu, kayu, kelapa bahkan palawija. Letaknya dalam teluk yang memungkinkan
kapal-kapal besar berlabuh ke daerah ini dan menjadikan Jepara salah satu bandar
terpenting dalam jalur perdagangan Maluku bahkan Malaka. Ditambah dengan
kesuburan daerah hinterland (pedalaman), semua itu memungkinkan Jepara menjadi
bandar yang memegang peranan besar[1]. Pengangkutan
barang-barang yang dilakukan, bukan hanya berasal dari pedagang-pedagang lokal,
tetapi juga berasal dari edagang Asia, dan Eropa. Sehingga Jepara menjadi
pelabuhan yang semakin ramai di jamannya.
Dalam bidang pertahanan dan
politik sendiri, pelabuhan Jepara sering juga melakukan ekspedisi-ekspedisi
penyebrangan Laut Jawa yang bertujuan meluaskan kekuasaan ke Bangka bahkan
Kalimantan. Keadaan pelabuhan yang ramai seperti ini menjadi keuntungan bagi
kemajuan Demak. Dan disini demak juga banyak berperan dalam pembuatan kapal
sehingga Demak sendiri dapat memanfaatkan kapal-kapal untuk tujuan perdamaian
bahkan perang.
II. Peranan Ratu Kalinyamat dalam perebutan Tahta di
Kerajaan Demak
Letak Kerajaan Kalinyamat menurut
cerita keratonnya terdapat di dekat dengan Laut itu terbukti dengan ditemukan
Siti Inggil/ Bekas Keratonnya di Desa Kriyan yang tidak jauh dari dua Desa yang
dahulunya adalah laut/teluk yaitu Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan. Meski
kini tidak kelihatan bahwa Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan bekas laut
tetapi jika tanah kedua desa tersebut digali hingga 3 meter akan ditemukan batu
karang, pasir laut, hingga kerang-kerang laut maka terbukti bahwa desa ini
bekas laut/teluk. Hal itu terjadi kepada setiap warga Desa Teluk Wetan dan Desa Teluk Kulon setiap membuat sumur
pasti menemukan pasir laut, kerang-kerang laut, hingga batu karang laut. Ratu
Kalimanyat dalam berbagai sumber disebutkan sebagai anak dari Sultan Trenggana,
dalam serat Kandhaning Ringgit Purwa yaitu : Sultan Trenggana mempunyai lima
orang putera (1) Retna Kenya menikah dengan Pangeran Sampang, (2) Retna Kencana
menikah dengan kiayi Wintang atau disebut juga pangeran Kalinyamat atau
Pangeran Hadiri, (3) Retna Mirah menikah dengan Pangeran Riyo, (4) Putri, (5)
Pangeran Prawata.
Sepeninggalan Pati Unus,
perebutan tahta dan peperangan terjadi secara berkepanjangan, ini karena Pati
Unus meninggal pada usia masih muda dan belum punya keturunan. Dua orang yang
tepat dalam mendudukinya yaitu Pangeran Sekar yang dari segi usia lebih tua dan
merasa lebih berhak atas tahta namun dilahirkan dari istri ketiga Raden Patah
dan Sultan Trenggana yang lebih muda dan lahir dari istri pertama Raden Patah,
oleh karena itu Sultan Trenggana lebih merasa berhak menduduki tahta. Akhirnya
Pangeran Prawata, putera pangeran Trenggana, membunuh pangeran Sekar agar
ayahnya dapat dinobatkan menjadi raja, hingga kelak Pangeran Prawata bisa
menjadi raja pengganti. Arya penangsang, putera dari pangeran Sekar berusaha
menuntut balas atas kematian ayahnya, sehingga ia berusaha menumpas keturunan
Sultan Trenggana.
Kerajaan Demak, tampaknya belum memiliki sistem pewarisan tahta yang pasti. Oleh karena itu, Arya penangsang merasa berhak atas tahta Demak. Akhirnya pada tahun 1549, Sunan Prawata dan permaisurinya dapat
dibunuh oleh Arya Penangsang. Terbunuhnya Sunan Prawata semakin memperkuat
keinginan Arya Penangsang untuk menjadi
raja dengan cara merebut kekuasaan di Demak.
Untuk mencapai tujuannya, ia berusaha untuk menyingkirkan pesaing-pesaingnya yang lain, terutama kerabat terdekatnya. Sasaran pembunuhan
berikut adalah Pangeran Hadiri, menantu
Sultan Trenggana. Karena Pangeran Hadiri mempunyai peluang cukup kuat untuk menduduki tahta kerajaan, sehingga dia harus disingkirkan. Peristiwa pembunuhan Pangeran Hadiri terjadi ketika Pangeran Hadiri mengantarkan isterinya, Ratu Kalinyamat untuk minta keadilan kepada Sunan Kudus atas kematian saudaranya Sultan Prawata. Dalam perjalanan pulang dari Kudus, mereka dihadang oleh Arya penangsang yang membawa 40 orang abdi. Arya penangsang dan pengikutnya menyerang dengan serempak dan Prajurit Kalinyamat bercerai- berai . Pangeran Hadiri meninggal karena dibunuh oleh Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat merasa sakit hati dan dendam atas kematian saudara
dan suaminya.
III. Ratu Kalinyamat Bertapa
Sepeninggalan saudara dan
suaminya, dia bertapa dalam keadaan telanjang dan berjanji tidak akan mengkhiri
pertapaannya sebelum ada orang yang bersedia dan mampu membunuh Arya
Penangsang. Sebagaimana yang dikisahkan oleh babad tanah Jawi yang berbunyi “Mertapa
awewuda wonten ing redi Danaraja, kang minangka tapih remanipun kaore”. Dalam
menyusun hasil karyanya, Babad Tanah Jawi memang seringkali menggunakan bahasa
lambang dan kiasan. Kebiasaan seperti itu ada hubungannya dengan sifat
masyarakat Jawa pada masa lalu yang sangat senang dengan olah rasa[2]. Namun
cita-cita Arya Penangsang tidak tercapai dalam menduduki tahta Demak, karena
pada tahun 1549 dia dibunuh oleh Pangeran Hadiwijaya,penguasa Pajang, adik ipar
Ratu Kalinyamat. Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, wilayah Demak,
Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang yang dipimpin raja Hadiwijaya. Meskipun
demikian, Hadiwijaya tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior
yang dihormati Dan Hadiwijaya pun memberikan otonomi penuh pada daerah yang
sebelumnya dijanjikan Ratu Kalinyamat apabila ada yang berhasil membunuh Arya
Penangsang. Karena Sultan Hadiwijaya sendiri sibuk berkonsolidasi untuk
mendapatkan pengakuan dari penguasa dari daerah lain.
IV. Kepemimpinan Ratu Kalinyamat di Jepara
4.1 Bangkitnya Jepara dan masa keemasan
Akhirnya Ratu Kalinyamat menjadi
pemimpin di Jepara menggantikan suaminya pada tahun 1546. Sultan Pajang sibuk
berkonsolidasi dengan daerah-daerah yang akan ditaklukannya, maka Jepara
membangun pemerintahan kembali dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Hanya
berkisar 3 tahun dibawah kekuasaan Ratu Kalinyamat, Jepara telah pulih kembali
dan kembali menjalin hubungan dengan Ambon untuk memerangi Portugis maupun suku
Hative di Maluku.
Melalui kerjasama dengan Ambon, Johor,
Maluku, Banten dan Cirebon, Jepara bangkit dengan pengembangan disektor
Perdagangan dan Angkatan Laut. Meski pada hakikatnya Jepara merupakan bagian
dari Kesultanan Demak, tapi secara de facto Jepara memiliki kekuasaan dan
kewibawaan paling tinggi. Pada waktu itu Kesultanan Demak dipimpin oleh
Pangeran Pangiri, putra bungsu Sultan Trenggana. Tapi pengaruh Demak tidaklah
sehebat pengaruh Jepara. Hal ini disebabkan karena Jepara sangat kuat dalam
bidang ekonomi dan militer. Tahun 1550 Sultan Johormmeminta
bantuan untuk mengusir kaum kafirin Portugis yang berusaha menguasai Malaka.
Tanpa ragu, Ratu Kalinyamat mengirim armadanya. 200 kapal persekutuan muslim,
40 kapal dari Jepara yang mengangkut 4000 sampai 5.000 prajurit bersenjata.
Namun pasukannya gagal. Walaupun pernah mengalami kegagalan, tetapi Ratu
Kalinyamat masih tetap berkuasa dan tetap berusaha membangun serangan pada
portugis di Malaka. Sekitar tahun 1573 Ratu Kalinyamat mendapat ajakan dari
Sultan Aceh, Ali Riayat Syah untuk menggempur Malaka melawan Portugis, namun
lagi-lagi dalam pertempuran itu pihak Portugis berhasil merebut kapal Jawa yang
penuh dengan bahan makanan, sehingga bala tentara dari Ratu Kalinyamat
kekurangan bekal dan berangsur-angsur kekuatannya melemah.
Ratu Kalinyamat berhasil menghidupkan kembali
perekonomian Jepara yang telah porak poranda akibat perang saudara yang
berkepanjangan. Ia menjadikan pelabuhan Jepara sebagai pelabuhan transit bagi
perdagangan nusantara. Saat itu Pelabuhan Jepara sangat ramai oleh
pedagang-pedagang dari Ambon yang membawa rempah-rempah. Jepara, Banten, Semarang mernjual
beras bagi para pedagang Ambon. Sedangkan Ambon menjadi produsen
rempah-rempah bagi seluruh kerajaan di Jawa. Tercatat pedagang-pedagang Aceh, Malaka, Banten, Demak, Semarang, Tegal, Bali, Makassar, Banjarmasin, Tuban dan Gresik turut meramaikan
pelabuhan Jepara . Dapat dikatakan Pelabuhan Jepara menjadi tempat transaksi
perdagangan berskala internasional. Ratu Kalinyamat pun memungut cukai bagi
setiap kapal yang bertransaksi di Pelabuhan Jepara. Hasil perdagangan beras dan
cukai tersebut menjadikan Jepara sebagai Kerajaan yang makmur, kaya raya.
Dengan kekayaannya, Ratu
Kalinyamat membangun armada Laut yang sangat kuat untuk melindungi kerajaannya
yang bercorak maritim. Sebagai Kerajaan Maritim yang bercorak Islam, Kerajaan
Jepara sangat dihormati dan disegani oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya.
Kekuatan armada laut Kerajaan Jepara sudah tersohor di seluruh nusantara.
Banyak kerajaan-kerajaan lain yang meminta bantuan armada laut Jepara untuk
melindungi negerinya.Pengiriman Ekspedisi tersebut membuktikan bahwa Ratu
Kalinyamat adalah sosok pemimpin wanita yang tangguh, dan berkuasa. Walau dia
gagal dalam misinya namun orang-orang Portugis juga mengakui kebesarannya,
disebutkan dalam bukunya De Couto yang menyebutkan Rainha de Jepara, sembora
poderosa e rica, yang artinya : Ratu Jepara, Seorang wanita yang kaya dan
berkuasa. Juga disebutkan dalam sumber Portugis sebagai Kranige dame yaitu
seorang wanita pemberani.
Kebesaran dan kekuasaan Ratu
Kalinyamat tampak pula pada daerah-daerah yang mampu dipengaruhinya, dalam
naskah Banten disebutkan bahwa kekuasaannya sampai pada daerah Banten.
4.2 Meninggalnya Ratu Kalinyamat dan masa Kemunduran
Jepara
Ratu Kalinyamat meninggal dunia
sekitar tahun 1579. Ia dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di desa
Mantingan. Sepeninggalannya Jepara dipimpin oleh putra angkatnya. Namun
pemerintahan yang dijalankan oleh putra angkatnya tidak begitu mempunyai
pengaruh, sehingga laskar Mataran pada tahun 1599 telah menghancurkan kota
Jepara. Jepara mengalami kehancuran secara politik maupun ekonomi.
Serangan Laskar Mataram juga telah merusak bentangan sawah yang luas dan
disinyalir ketika itu juga laskar mataram juga menghancurkan istana ratu
Kalinyamat.
III. KESIMPULAN
Sepeninggalan Pati Unus, kerajaan
Demak sudah mulai mengalami konflik internal atas perebutan tahta. Akhirnya
tahta dipegang oleh Sultan Trenggana, namun Arya Penangsang tidak rela hingga
akhirnya dia membunuh semua keturunan bahkan menantu sultan Trenggana, yaitu
suami Ratu Kalinyamat. Sehingga Ratu Kalinyamat pun bertapa telanjang dan
berjanji tidak akan berhenti sebelum ada yang mampu dan berhasil membunuh Arya
Penangsang. Namun cita-cita Arya Penangsang tidak tercapai dalam menduduki
tahta Demak, karena pada tahun 1549 dia dibunuh oleh Pangeran
Hadiwijaya,penguasa Pajang, adik ipar Ratu Kalinyamat. Setelah kematian Arya
Penangsang tahun 1549, wilayah Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang yang dipimpin
raja Hadiwijaya.
Oleh karena itu Ratu Kalinyamat
menggantikan posisi suaminya memimpin Jepara, dibawah pimpinannya Jepara
menjadi daerah yang sangat makmur.Kekayaan Ratu Kalinyamat merupakan faktor
pendukung utama bagi kekuatan politik. Perlawanan dengan armadanya terhadap
Portugis di Malaka pada tahun 1551 dan 1574. Ia memiliki angkatan laut dan
bandar perdagangan internasional yang dikunjungi oleh pedagang dari berbagai
suku bangsa. Sehuingga semua kapal yang singgah di pelabuhan Jepara, wajib
membayar bea cukai. Popularitasnya bukan hanya terkenal di nusantara bagian
barat, tetapi juga dibagian timur, terbukti dia berkali-kali menjalankan
politik persahabatan dari Johor hingga Maluku. Sebagai pewaris kekuasaan
kesultanan Demak, Ratu Kalinyamat memegang peranan yang terpenting dibanding
penguasa-penguasa yang lain di pantai utara Jawa abad 16. Tidak berlebihan
kiranya bahwa Ratu Kalinyamat disebut sebagai tokoh pemerintahan terkuat di
dinasti Demak. Bukan hanya itu saja, sampai orang-orang Portugis pun
mengenalnya sebagai Rainha de Jepara, sembora poderosa e rica .
Bahasan ini kiranya membuktikan
kepada kita bahwasanya peranan perempuan dalam sejarah cukup diperhitungkan,
bukan hanya menulis tentang peranan dan aktivitas para pemimpin laki-laki saja.
Buktinya wanita juga mempunyai pengaruh dalam urusan pemerintahan dan berhasil
membawa Jepara mencapai masa kejayaan hingga disegani oleh semua daerah.
VI. Daftar
Pustaka
· Tjiptoatmodjo,F.A Sutjipto.1983.Peranan Jepara Dalam Perdagangan Beras
Abad 17. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
· Panitia Penyusunan Hari Jadi Jepara Pemda Kabupaten Tingkat II Jepara.
1988. Sejarah dan Hari Jadi Jepara.
· Hayati,Chusnul dkk.2000. Peranan Ratu Kalinyamat Di Jepara pada Abad
XVI. Jakarta : CV.Putra Prima.
· “Peran Ratu Kalinyamat Babad Demak” [online] dalam "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ratu_Kalinyamat&oldid=6891197"
diunduh tanggal 1 September 2013 jam 20.00.
[1] F.A. Sutjipto, Tjiptoatmodjo .Peranan Jepara dalam
Perdagangan Beras Abad 17 .Fak.sastra UGM.1983.
[2] Panitia Penyusun Hari Jadi Jepara Pemda Kabupaten Tingkat II Jepara. Sejarah
dan Hari Jadi Jepara. (Yogyakarta :1988) hlm.41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar