Pendahuluan
Latar Belakang.
Kesultanan Banten didirikan pada tahun 1527
oleh Maulana Hasanuddin putra dari Sunan Gunung Jati. Seiring dengan kemunduran
Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana,
Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan
menjadi kerajaan yang mandiri.[1]Setelah
menjadi Kesultanan sendiri, Maulana Hasanuddin memerintah Banten mulai tahun
1552-1570. Setelah Maulana Hasanuddin wafat, ia digantikan oleh
penerus-penerusnya, yakni Maulana Yusuf (1570-1580), Maulana Muhammad (1580-1596),
Pangeran Ratu (1596-1651), dan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1680).
Di bawah Sultan Ageng Tirtayasa yang
memerintah dari tahun 1651 samapai tahun 1682 Banten mencapai puncak kemegahan
baik di bidang perekonomian, politik, maupun kebudayaan.[2]
Rumusan Masalah.
1.
Apakah penyebab dari terjadinya
perang saudara?
2.
Bagaimanakah
perlawanan-perlawanan yang terjadi selama perang saudara berlangsung?
3.
Bagaimana dampak dari perang
saudara terhadap Banten?
Pembahasan
Perang Saudara
Perkembangan Banten di bawah Sultan Ageng
Tirtayasa memang lebih baik daripada penguasa-penguasa pemerintahan sebelumnya
sehingga merupakan saigan besar dan menjadi ancaman bagi Batavia.[3]
Batavia pada saat itu sedang di kuasai oleh Belanda, sehingga Belanda khawatir
akan serangan dari Kesultanan Banten.
Dalam upaya menundukkan Banten, Kompeni
berusaha memperoleh hubungan baik dengan kerabat keratin, Putra mahkota yang
kemudian dikenal dengan Sultan Haji atau Sultan Abdul Kahar dapat dihubungi
oleh Kompeni untuk dijadikan sekutu melawan Sultan Ageng.[4] Sultan Haji yang pada waktu itu ingin
naik tahta akhirnya menerima ajakan Belanda. Alasan Sultan Haji untuk
menghianati ayahnya, yaitu karena ia khawatir kalau-kalau Sultan Ageng
mengangkat saudaranya yaitu Pangeran Purbaya menjadi sultan, sebab Sultan Ageng
yang selalu didampingi oleh Pangeran Purbaya dan Pangeran Kidul serta
penasehatnya Syekh Yusuf seolah-oleh tidak menghiraukan Sultan Haji.[5]
Sultan Haji memiliki sifat yang berbeda
dengan ayahnya, di mana ayahnya yang memiliki sifat untuk menentang Belanda dan
Sultan Haji memiliki sifat yang menghendaki perdamaian dengan Belanda. Sifat
Sultan Haji yang seperti ini didasari karena ia takut akan keruntuhan Banten
jika Belanda menyerang Banten.Sejak 1680 kekuasaan sepenuhnya diserahkan kepada
Sultan Haji.[6]
Meskipun Sultan Haji berhasil naik tahta, tapi ia mendapat perlawanan dari
pengikut-pengikut Sultan Ageng karena ia memihak kepada VOC, sehingga
meletuslah perang antara ayah dengan anaknya sendiri atau antara pihak Sultan
Ageng dengan pihak Sultan Haji yang dibantu oleh VOC.
Sultan Ageng yang berada di Tirtayasa tetap
menjalankan politiknya dalam meelancarkan serangan kepada VOC. Pada 28 Desember 1682 kawasan ini
juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC.[7]Sultan
Ageng berhasil menyelamatkan diri ke pedalaman.[8]
Sultan Ageng yang dalam perang saudara ini
sudah berusia lanjut, ia tetap tabah mengadakan perlawanan kendati ia harus
melawan anaknya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari sengitnya perlawanan Sultan
Ageng terhadap VOC.
Perlawanan-Perlawanan yang Terjadi Selama
Perang Saudara Berlangsung
Pengikut-pengikut Sultan Ageng yang
tersebar di Jawa Barat dan Sumatra Selatan membuat daerah-daerah yang dikuasai
oleh Sultan Haji dan VOC menjadi tidak aman. Pada tahun 1682, istana Surosowan
di mana tempat Sultan Haji bersemayam diserbu oleh pengikut-pengikut Sultan
Ageng. Meskipun bagitu, para pasukan VOC yang sudah berpengalaman dengan taktik
perang gerilya dikirim guna membantu Sultan Haji menguasai kembali. Perlawanan
pihak Sultan Ageng dapat dipatahkan sama sekali pada tahun 1683 dan ia ditawan
oleh Sultan Haji dan kemudian diserahkan kepada Belanda.[9]Sampai pada akhir hayatnya yakni pada
tahun 1692, Sultan Ageng tetap menjadi tawanan VOC di Batavia.
Meskipun Sultan Ageng pada tahun 1683
ditahan oleh VOC, namun Sultan Haji dan VOC masih terus memburu keluarga dan
para pengikut-pengikut Sultan Ageng yang tersisa. Pangeran Purbaya dan Syekh
Yusuf menjadi buruan mereka.
Pengeran Purbaya yang pada waktu itu lari
ke daerah Priangan menuju ke Cikalong disertai orang-orang Banten yang setia
kepadanya. Mereka itu dibantu pula oleh musuh-musuh VOC yang berasal dari
berbagai daerah, di antaranya ada yang berasal dari Makasar dan Bali.[10]
Pada tahun 1683 ini daerah Priangan dijadikan sebagai tempat perjuangan.
Dalam perang saudara ini muncul juga tokoh
Untung Suropati. Untung Suropati merupakan narapidana VOC yang berhasil kabur
dari penjara di Batavia. Dalam pelariannya, Untung Suropati melakukan
perlawanan sampai pada akhirnya tiba di Priangan dan bergabung dengan
kelompok-kelompok kecil yang juga menentang VOC.
Karena keberaniannya Untung Suropati ini
VOC mengalami kesultian dalam menangkapnya. VOC meminta bantuan kepada Kapten
J.Ruys dan penasehatnya Kapten Buleleng. Mereka tidak saja berhadapan dengan
anak buah Untung, tapi juga harus mengahadapi pejuang-pejuang di bawah pimpinan
Syekh Yusuf.
Kapten Ruys dan Kepten Buleleng pada
akhirnya berhasil membujuk Untung Suropati untuk memihak kepada VOC. Tugas
pertama yang diterima Untung dari Kompeni ialah menumpas pasukan Syekh Yusuf dapat
diselesaikannya dengan berhasil pada tahun 1683.[11]
Sementara setelah terdesak akhirnya
Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri. Kemudian Untung Surapati disuruh
oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan
membawa Pangeran Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang
dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun terjadi pertikaian di antara mereka,
puncaknya pada 28 Januari 1684, pos pasukan
Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya
menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di
Batavia.[12]
Dampak dari Perang Saudara Terhadap Banten.
Bantuan dari VOC kepada Sultan Haji ini
harus dibayar dengan kompensasi. 12 Maret 1682, Sultan Haji harus menyerahkan
Lampung kepada VOC. Sehingga hak monopoli perdagangan di Lampung sepenuhnya
dikuasai oleh VOC.
Setelah itu, Sultan Haji juga harus
menandatangani sebuah perjanjian dengan VOC yang ditetapkan pada tahun 1684.
Dalam perjanjian itu Kompeni mengakhiri kekuasaan sultan yang mutlak atas
daerahnya dan Sultan melepaskan sekalian tuntutan Banten terhadap Cirebon. Di
samping itu ditentukan pula bahwa Banten tidak boleh berdagang lagi di Maluku.
Ditentukan pula bahwa yang boleh mengeluarkan lada dan memasukkan kain-kain
hanya Kompeni, baik di Banten maupun di wilayah kekuasaan Banten di Sumatra
Selatan. Cisadane dan garis sambungannya ke selatan menjadi batas Banten dan
Kompeni.[13]
Setalah di adakannya perjajian tersebut
maka berakhirlah zaman kejayaan Banten dan menjadi vasal dari VOC. Demikian
pula, setelah Sultan Haji meninggal pada tahun 1687, pengangkatan sultan
pengganti harus mendapat persetujuan dari Gubernur Hindia-Belanda di Batavia.
Hal ini membuat kedudukan Banten sebagai kerajaan semakin merosot. Kemakmuran
rakyat semakin surut, karena monopoli VOC yang menurunkan harga lada dan
menaikkan harga barang kain-kainnya.[14]
[2] Drs. Kokoh, dkk, Sejarah Daerah Jawa Barat, (Jakarta:
Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1979), hlm. 85
[5] Drs. Kokoh, dkk, op cit, hal. 89
[6] Sartono Kartodijo, Pengantar
Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 “Dari Emporium Sampai Imperium” Jilid I, (Jakarta:
PT Gramedia, 1987), hlm. 206
[8] Sartono Kartodijo, op.cit, hlm.
207
[9]Drs. Kokoh, dkk, loc.cit.
[13] Drs. Kokoh, dkk, op.cit, hlm. 90
SALAM SUKSES PENUH BERKAH!
BalasHapusAssalammualaikum wr wb,
(RAHASIA DAHSYAT MENUJU BAITULLAH :: Hanya dengan DP 1 juta bisa umroh daň haji berkali kali)
UMROH BERSAMA SBL "Untuk Merubah Hidup Jauh Lebih Baik" 🐫
Inilah yang kami rekomendasikan khusus untuk Anda: BISNIS BERNILAI IBADAH
PT. SOLUSI BALAD LUMAMPAH (SBL). Nomor Izin Kemenag D/351.Thn 2013.
yaitu sebuah Program Haji Plus / Umroh , untuk Anda dengan sebuah konsep yang unik dan menarik yaitu :
“Bagaimana Membuat Orang Yang Tidak Mampu Menjadi Mampu Untuk Umrah / Haji dan Sekaligus Merubah kondisi Financial menjadi lebih baik & Sejahtera.“
https://www.youtube.com/watch?v=tewCZSrOaFQ
Silahkan Hubungi :
Kantor Perwakilan BALI - PT.MEDIA WISATA UTAMA (PT.SBL)
di JL TUKAD CITARUM No. 28 Panjer Renon Denpasar Bali.
Whatsapp : +62818 0564 0488
BBM : 59CF1C89
Email : umrah.sahabatsbldenpasar@yahoo.com
http://ptsblindonesia.blogspot.co.id
SALAM SUKSES PENUH BERKAH!
https://www.facebook.com/PT.SOLUSIBALADLUMAMPAHDENPASARBALI/?ref=hl
Silahkan Hubungi :
Whatsapp : +62818 0564 0488
BBM : 59CF1C89