Rabu, 15 Oktober 2014

REVIEW MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA



Tentara dengan kekuatan politiknya dimana Tentara Indonesia tidak pernah membatasi dirinya sebagai kekuatan militer saja tetapi dia juga menjadikan dirinya sebagai kekuatan politik. Hal ini ditegaskan pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945 – 1949, tentara tidak hanya  berkuasa secara militer tapi juga secara politik, dimana kekuasaan sipil ada dibawah militer. Para perwira militer merasa mempunyai tanggung jawab untuk keselamatan negara dalam sistem pemerintahan yang sedang berlangsung,para perwira tidak turun sebagi aktor utama dalam dunia politik tetapi mereka  berperan sebagai orang di balik layar,seperti yang di ungkapkan oleh Kepala Staf Angkatn Darat Major Jenderal Abdul Harris Nasution dalam konsepnya yaitu “Jalan Tengah”, Tentara tidak akan mengambil kesempatan untuk mengambil alih pemerintahan tetapi tentara juga tida akan tinggal diam dalam urusan politik. Konsep “Jalan Tengah”yang dikemukakan oleh Nasution mengakibatkan tentara mempunyai peran dalam dunia ekonomi,dimana para tentara memainkan peran diseluruh aspek sipil bukan untuk mendapatkan kedudukan ekslusif tetapi untuk mendominasi peran tentara dalam kehidupan pemerintahan sipil. Peran tentara dalam dunia ekonomi ini telah menempatkan tentara sebagai suatu seorang individu yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan material mereka sendiri.Jadi tentara memanfaatkan posisi mereka dalam dunia ekonomi ini untuk mendapatkan materi yang sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan korps yang mereka bawa. 
              Pada saat terjadinya konfrontasi terhadap Malaysia, Pemimpin Angkatan Darat berusaha untuk mencari solusi penyelesaian melalui perundingan dan berusaha menerima konfrontasi politik terbatas tersebut.Tapi keputusan Presiden untuk mengirim penyusup ke Malaysia mempeburuk keadaan sehingga konflik ini menjadi sangat besar.Soekarno begitu berambisi untuk menang dalam konflik ini,terbukti dengan dibentuknya DWIKORA dan KOGA .Pada bulan Oktober Koga diganti menjadi KOLAGA. Pada tahun 1964 dan 1965 Angktan Darat telah mengadakan serangkaian manuver untuk merusak efektifitas pelakasanaan kebijakan konfrontasi.Lepas dari hal itu Angkatan Darat menghalangi kampanye tidak hanya terbatas pada manuver dan kontramanuver terhadap struktur komndo,pengangkatan komandan-komandan dan pengiriman pasukan.
              Kedudukan Angkatan Darat didalam birokrasi pemerintahan negara masih kuat sepanjang tahapan terakhir Demokras Terpimpin.,tapi hal tersebut tidak berlaku lagi setelah Presiden Soekarno bersekutu dengan PKI.Tetapi kemunduran itu tidak mempengaruhi kedudukan mereka di KOTI yang bertugas untuk membuat kebijakan.PKI semakin berkuasa dalam kabinet pemerintahan setelah beberapa anggota PKI di lantik menjadi menteri dalaam bidang eksekutif.Kemajuan-kemajuan PKI mulai meresahkan pemimpin Angkatan Darat,mereka khwatir PKI akan mengambil kekuasan dalam pemerintahan negara.
Percobaan kudeta Gerakan 30 September. Sebuah pengumuman khusus menyatakan bahwa terjadi suatu gerakan militer dalam tubuh Angkatan Darat, selanjutnya disebutkan bahwa “Gerakan 30 September” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung telah menahan anggota-anggota “Dewan Jenderal” yang dikatakan disponsori oleh CIA. Pengumuman tersebut diikuti oleh penyiaran dekrit pada jam 11 pagi yang menyatakan “seluruh kekuasaan dalam wilayah Republik Indonesia” telah dialihkan kepada suatu Dewan Revolusi yang akan memegang pemerintahan sampai pemilihan umum dapat diselenggarakan. Mayor Jenderal Soeharto, menyampaikan pidato singkat di radio dan mengatakan, “suatu gerakan kontra revolusioner” telah menahan enam jenderal termasuk Letnan Jenderal Ahmad Yani.  Percobaan kudeta itu telah ditafsirkan beraneka ragam dan saling bertentangan. Versi Angkatan Darat yang diterima secara umum di Indonesia menunjuk PKI sebagai dalang. Di lain pihak, Benedict Anderson dan Ruth McVey dalam sebuah makalah mengemukakan penafsiran sementara yang mengatakan bahwa PKI tidak memainkan peran apa pun dalam perencanaan percobaan kudeta. Pendapat bahwa PKI tidak mengambil bagian dalam perencanaan percobaan kudeta mendapat tantangan serius ketika para pemimpin penting PKI disidangkan oleh Mahmillub yang diadakan untuk mengadili mereka yang dituduh terlibat dalam kudeta.
                Akibat lanjut percobaan kudeta semenjak munculnya Gerakan 30 September. Pembunuhan enam jenderal pada tanggal 1 Oktober 1965 diikuti oleh serangkaian perkembangan dan memuncak dengan berhentinya Presiden Soekarno satu setengah tahun kemudian. Dalam pidatonya, Soeharto mengatakan bahwa PKI telah terlibat dalam percobaan kudeta. Walaupun bukti-bukti yang tersedia pada hari-hari pertama seakan-akan menunjukkan bahwa para perwira Angkatan Darat yang membangkang dibantu dengan perwira-perwira Angkatan Udara itulah yang terutama harus bertanggung jawab. Sementara Presiden Soekarno mengusahakan mengembalikan harmoni dalam tingkat cabinet, para pemimpin Angkatan Darat meneruskan kegiatan menggugah emosi yang makin lama makin tertuju kepada PKI. Para pemimpin Angkatan Darat menghubungi partai-partai dan organisasi-organisasi antikomunis segera setelah percobaan kudeta dan membujuk mereka untuk membentuk suatu front guna menuntut diambilnya tindakan terhadap PKI. Ketegangan terus berlangsung antara PKI di satu pihak dan pendukung-pendukung kelompok-kelompok nasionalis dan agama di pihak lain. Tujuan dari pimpinan Angkatan Darat dalam mendorong terjadinya pembunuhan massal terhadap pendukung-pendukung PKI itu adalah untuk melenyapkan PKI sebagai suatu kekuatan politik. Para pemimpin Angkatan Darat memandang operasi terhadap PKI sebagai suatu taktik yang perlu untuk mencapai tujuan yang strategis. Kedudukan Presiden Soekarno melemah secara drastis. Angatan Darat telah memanfaatkan percobaan kudeta itu tidak saja untuk menangkap mereka yang terlibat langsung, tetapi sekaligus menghabisi PKI, lawan politik angkatan ini. Walaupun kekuatan kepemimpinan Angkatan Darat semakin meningkat pada akhir tahun 1965 dalam hubungan dengan presiden, tetapi presiden bukannya tidak punya kekuatan. Soekarno memang telah kehilangan salah satu pendukung yang terkuat, namun ia masih mempunyai pendukung di kalangan angkatan bersenjata dan partai-partai politik yang lebih menyukai kepemimpinannya daripada kepemimpinan Angkatan Darat. Alasan dan hal yang serupa juga meliputi kalangan pimpinan partai-partai politik besar seperti PNI dan NU serta partai-partai politik yang lebih kecil, yang memihak Soekarno dalam konfliknya dengan Angkatan Darat. Demonstrasi-demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan harga disalurkan melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang dibentuk pada akhir Oktober oleh organisasi-organisasi mahasiswa antikomunis di kediaman Menteri P dan K Brigadir Jenderal Sjarif Thajeb. Pada tanggal 10 Januari ribuan mahasiswa berkumpul di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan mencanangkan “Tritura” (Tri Tuntutan Rakyat). Tuntutan-tuntutan itu adalah: Turunkan harga-harga, bubarkan PKI, dan bubarkan kabinet.
            Pengumuman Presiden Soekarno mengenai perubahan keanggotaan kabinet merupakan puncak dari serangkaian tindakan sejak dua bulan terakhir untuk menegakkan kembali kekuasaannya. Tindakannya memberhentikan Nasution dan beberapa menteri yang pro-Angkatan Darat sementara itu mengangkat kembali Subandrio dan lain-lain yang merupakan lawan utama pimpinan Angkatan Darat. Tingkah laku Soekarno pada bulan-bulan terakhir telah merenggangkan hubungannya dengan sejumlah pendukungnya di kalangan tentara khususnya Angkatan Darat. Selama tiga minggu setelah pengumuman perubahan kabinet, sekelompok kecil perwira yang anti-Soekarno di Jakarta mengambil peranan yang menentukan. Sementara pimpinan Angkatan Darat menimbang kembali strategi mereka setelah pengumuman perubahan kabinet,  perwira Angkatan Darat yang radikal memberi lampu hijau untuk gelombang demonstrasi lagi biarpun ada larangan. Demonstrasi-demonstrasi berikutnya terjadi setelah pelantikan kabinet baru oleh Presiden Soekarno. Demonstrasi berikutnya semakin besar dan tidak terkendali, Soeharto dan rekan-rekannya mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan. Soeharto jelas lebih menyukai tindakan yang berhati-hati; ia mengirim surat kepada Soekarno dengan daftar menteri-menteri yang diminta pihak Angkatan Darat untuk dikeluarkan dari kabinet, tetapi presiden menolak usulnya. Pada tanggal 11 Maret siding kabinet lengkap berlangsung di Jakarta, Mahasiswa kembali turun ke jalan menghalangi lalu-lintas dan mengempeskan ban-ban mobil di sekitar istana, tetapi walaupun ada gangguan tersebut semua menteri dapat hadir.
            Dengan menggarisbawahi bahwa keadaan di Jakarta sudah tidak dapat dikuasai lagi, para jenderal berharap dapat membujuk presiden untuk memulihkan ketertiban. Soeharto tidak membuang-buang waktu untuk menggunakan kekuasaan yang baru diterimanya. Pada tanggal 12 Maret ia mengeluarkan perintah harian yang ditujukan kepada seluruh jajaran angkatan bersenjata dan rakyat Indonesia. Tindakan Soeharto telah menjebak para pendukung presiden dalam keadaan tan berdaya untuk berbuat sesuatu  membelanya. Surat Perintah 11 Maret dibuat tidak dengan persetujuan para panglima Angkatan Laut, Kepolisian, dan Angkatan Udara dan juga kelompok Soekarnois di kalangan tentara, tetapi sekali presiden telah membubuhkan tanda tangannya, mereka tak kuasa untuk menolak. tetapi selama beberapa bulan sesudah 11 Maret suasana politik Jakarta mengalami perubahan drastis. Pemerintahan yang didominasi oleh Angkatan Darat itu melakukan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan-kebijakan pokok presiden dalam bidan ekonomi dan politik luar negeri, dibarengi dengan maningkatnya kegiatan dari para pemuda yang bergabung dalam kesatuan aksi yang telah bangkit melawan Soekarno dan memproklamasikan lahirnya “Orde Baru” untuk menggantikan “Orde Lama” yang tidak dipercayai lagi.
            Peristiwa 11 Maret merupaka salah sattu langkah mundur , banyak menteri kepercayaan Presiden Soekarno dan mereka-mereka yang menentang angkatan darat di dibersihkan dari jabatannya. Beberapa bylan setelahnya suasana politik Jakarta mengalami perubahan drastis,golongan-golongan anti Soekarno semakin menggema di Jakarta dan Bandung yang menghendaki Demokrasi terpinpin secepatnya  digantikan dengan orde baru. Namun angkatan darat masih dapat menahan diri untuk beradu dengan presiden , alasannya adalah untuk kepentingan mereka sendiri. Angkatan darat ketakutan jikalau nantinya terjadi perang saudara antara angkatan bersenjata. Karena Angkatan darat tahu bahwa Angkatan Udara dan Laut dibantu dengan pasukan komando angktan Laut , Brimob kepolisian dan bagian-bagin dari divisi Brawijaya Jawa Timur punya kemampuan untuk mendatangkan kerugian bagi pasukan-pasukan pendukung Soeharto. Jika bentrokan terjadi diantara mereka kemungkinan akan bermunculan jenderal-jenderal yang lebih angresif anti Soekarno. Selama bulan Maret 1965 dilakukan pemberhentian untuk pengikut-pengikut Subandrio, Chairul Saleh dan PNI sayap kiri, namun pembersihan masih menyisahkan beberapa orang “moderat” dari presiden masih tetap pada kedudukan masing-masing. Utamanya PNI, tidak mudah membersihkan pemimpin-pemimpin PNI yang mempunyai dukungan massa yang luas. Sehingga Angkatan Darat berencana untuk mempertahankan Partai Nasional Indonesia namun dalam kepemimpinan yang baru.
            Soeharto menyadari bahwa banyak sekali pemimpin-pemimpin yang seharusnya dicopot dari jabatannya digantikan oleh orang-orang yang dapat dipercayainya. Kedudukan mereka digantikan sementara, namun sebenarnya untuk selamanya, antara lain Mayor Jenderal Dharsono yang sangat anti Soekarno di Jawa Barat, di Jawa Tengah oleh gubernur ABRI, Mayor Jenderal Surono Reksodimejo. Panglima daerah Militer yang Soekarnois di Bali dipindahkan. Perlahan demi perlahan segala kekuatan dibelakang Soekarno digerogoti. Dalam beberapa minggu setelah sidang MPRS, Soekarno masih tetap dalam istana. Akan tetapi lama-kelamaan terlihat jelas bahwa dia mengalami tahanan rumah. Mengejutkan ketika bulan Mei bahwa tidak lagi boleh menggunakan sebutan Presiden. Dua bulan setelahnya gambar-gambar Soekarno di kator-kantor pemerintahan mulai diambil hingga akhir usianya Juni 1970 beliau masih berada dalam tahanan rumah. Soeharto menunggu bulan Maret 1968 yaitu Sidang Umum MPRS V untuk mengangkat dirinya sebagai presiden RI ke dua.

            Dalam kekuasaannya Soeharto mengalami tantangan terhadap kedudukannya, antara lain menggunakan pasukannya untuk membersihkan sisa-sisa PKI setelah kudeta dan kedua menggunakan prinsip jawa yaitu “Alon-alon asal kelakon” untuk menghadapi lawan-lawannya yaitu para pendukung Soekarno yang setiap saat dapat memobilisasi massa untuk melawannya. Kekuatan Angkatan Darat semakin diperoleh dengan organisasi teritorialnya.Angkatan Darat juga berniat untuk “manunggal bersama rakyat” melalui pengorganisasian wilayah untuk mengawasi kegiatan orang-orang sipil. Prakteknya, didirikanlah KODAM (Komando Daerah Militer) di tiap Provinsi, Komando Resort Militer (Korem) didaera-daerah penting, Komando Distrik Miiliter (Kodim) ditingkat Kabupaten dan Komando Rayon Militer (Koramil) ditiap kecamatan. Kopkamtib (Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ) berasal dari konsolidasi antara Soekarno dan Soeharto ketika Soeharto diberi mandat untuk “pemulihan keamanan dan ketertiban”. Dan akhirnya fungsi ini disalahgunakan untuk mencari pendukung-pendukung PKI yang untuk ditangkap. Kopkamtib juga digunakan pemerintah saat itu untuk melakukan kontrol politik terhadap mahasiswa dan ormas-ormas. Hingga surat kabar yang akan terbitpun harus mempunyai ijin dari kopkamtib. Disini kopkamtib merupakan kunci bagi tgaknya kekuasaan pemerintah.kedua adalah Badan “Keamanan” Bakin yaitu Badan Koordinasi Intellejen. Peranannya adalah memperhatikan perkembangan-perkembangan dalam negeri yang berkaitan dengan partai-partai politik dan masyarakat Cina. Juga menjaga kewaspadaan terhadap bangkitnya kembali pengaruh-pengaruh Komunis di Indonesia. Perwira-perwira TNI memang tidak keseluruhan mempunyai hubungan yang erat, namun kurang lebih kemauan dan ambisi mereka sama. Bahkan pada Tahun 1966, para perwira TNI tidak sabar untuk menunggu strategi Soeharto dalam penurunan Soekarno serta mereka bahkan meminta supaya Soekarno diadili. Khususnya mereka yang sama sekali tidak menyukai PNI.
            Kekuasaan Angkatan Darat dalam pemerintahan, tidak seluruhnya elit militer didalamnya. Namun didalamnya banyak diikutkan orang sipil untuk menciptakan suasananegeri yang benar.  Kerjasama militer dan sipil dapat terlihat dari komposisi kabinet.walaupun orag sipil mempunyai dominasi dalam kabinet, namun mereka tidak mempunyai kekuatan politik yang cukup untuk melakukan kekuasaan yang sebenarnya. Kekuatan politik angkatan darat memungkinkan banyak ruang gerak mereka dalam administrasi pemerintahan. Bahkan pengangkatan birokrasi bergantung pada keputusan perwira-perwira .
            Ketakutan pemerintah, panglima, dan komandan-komandan daerah bahwa partai politik masih mengakar dimasyarakat dan memungkin mereka menghimpun diri untuk melawan pemerintah sehingga sukar bagi angkatan Darat untuk menyingkirkan mereka. Oleh karenanya dalih-dalih militan yang anti partai sering mengatakan bahwaa “Angkatan Darat” setia pada modernisasi dan pembangunan sedangkan partai politik lebih cenderung memenuhi kepentingan golongan yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan nasional. Dalam rencana pemilihan umum dan Langkah-Langkah pembaharuan sistem kepartaian , awalnya angkatan Darat enggan untuk menyerah pada tuntutan untuk dilakukannya pemilihan umum , melihat kubu-kubu partai lama di pedesaan sangatlah dominan dan mempunyai banyak massa sedangkan untuk sekutu-sekutu angkatan Darat dominan dari perkotaan sehingga tidak ada kekuatan baginya untuk menjadi pemenang. Angkatan Darat terlebih dahulu mengadakan seminar tentang persiapan Undang-Undang Pemilihan dan satu undang-undang berkenaan dengan partai-partai politik. Usulan tentang peraturan itu memungkinkan kekuatan politik baru menjadi tantangan bagi partai politik lama. Usul utamanya adalah “ pemilihan didasarkan pada sistem distrik, dimana daerah-daerah pemilihan memilih wakilnya dan bukan perwakilan proposional”. Partai PNI muncul sebagai partai yang disinyalir akan menjadi besar lagi karena memperoleh tambahan dukungan dari bekas-bekas keluarga PKI yang kini PKI menjadi partai terlarang. Daerah yang menjadi pusat perhatian bai Soeharto adalah Jawa Timur, daerah kelahiran Soekarno . Disana simpati terhadap Soekarno sangat kuat. Namun Golkar ( Soeharto ), menggunakan cara yang berbeda-beda dalam menanggapi setiap lawannya, diantaranya menggunakan GUPPI dan Kokarmendagri, suatu organisasi karyawan dari Departemen Dalam negeri, dimana dahulu PNI mendapat banyak dukungan. Tanggal 5 Juli 1975 Golkar memenangkan pemilu lebih dari 50% suara. Golkar adalah hasil karya dari pihak Militer , organisasi partai yang dimobilisasi tentara secara temporer. Kemenangan yang luar biasa ini secara drastis telah mengurangi kemampuan oposisi dari organisasi sipil terhadap rejim tentara, termasuk PNI.
            Angkatan Darat berpendapat, dilihat dari kabinet orde lama dan orde baru sangatlah berbeda. Ketika Kabinet Soekarno yang lebih menekankan perjuangan melawan imperialism dengan “dwikora”nya namun kabinet Soeharto lebih menekankan pada pembangunan ekonomi. Karena menginginkan perubahan dalam hal taraf hidup untuk masyarakat indonesia. namun pembangunan Ekonomi jauh lebih menguntungkan elite dan kaum menengah. Ditambah dalam kondisi ini, perwira militer yang dahulunya telah berpengalaman dalam hal perdagangan sangatlah diuntungkan. Angkatan Darat juga mengenalkan dir sebagai stabilitator dan dinamisator. Dengan dalih stabilitator perluasan kesempatan berdagang untuk elite semakin luas. Para perwira ditempatkan pada jabatan – jabatan penting diperusahaan raksasa seperti perusahaan minyak, bulog, dan perusahaan persenjataan. Penanaman modal asing sangat gencar-cencarnya digalakkan di Indonesia. Karena mereka bukanlah ahli profesional dibidangnya , banyak yang tidak dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dan perusahaan. Sehingga korupsi mulai tercium oleh kalangan mahasiswa pada tahun 1967 melalui pers dan surat kabar. Dan mahasiswa melalui perluasan penanaman modal asing mulai tersadar bahwa rejim ini telah mengurangi rara kepercayaan terhadap nasionalis bangsa.
            Setelah kudeta tahun 1965, para perwira sibuk terfokus pada terciptanya kondisi ekonomi yang menguntungkan dirinya sendiri. Sedangkan Soeharto dalam memimpin pemerintahan sangat bergantung pada sekelompok kecil penasehat yang diangkat dari Angkatan Darat yang bernama Spri. Namun akibat protes kalangan mahasiswa, Spri dibubarkan. Namun tak memberi pengaruh karena orang-orang Spri yang sangat dekat dengan Soeharto diangkat menjadi staf-staf negara bahkan sekretaris negara yaitu Alamsjah pada tahun 1968. Disisi lain tahun 1971 ketidakpuasan kalangan mahasiswa terhadap perkosaan hukum, merajalelanya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan , penanaman modal asing yang hanya menguntungkan elit menjadikan mereka mencetuskan “Petisi 24 Oktober”. Dalam kemelut ekonomi , tujuan pemerintah yang utama adalah “stabilitasi dan rehabilitasi” yang mencakup pemberhentian laju inflasi, memulihkan kepercayaan Internasional dan merehabilitasi prasarana. Alternatif yang ditawarkan oleh para penasehat Ekonomi Soeharto adalah bantuan IMF. Sehingga ketergantungan Indonesia pada Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya semakin tinggi dalam bidang ekonomi.


 KESIMPULAN :

            Kondisi Militer dalam politik diberbagai negara sangatlah bervariasi, tegantung dari latar belakang historis keterlibatan militer dalam suatu bangsa. Berbeda dengan militer di negara lain, militer di Indonesia merasa ikut serta dalam merebut kemerdekaan Indonesia oleh karenanya wajib didengar suaranya dalam masalah-masalah politik. Angkatan Darat khususnya mulai berkuasa dan tidak segan menyingkirkan lawan –lawannya yang kurang terorganisasi. Bermodal cadangan keuangan negara ditambah dana komersial pribadi menjadikan militer tampil jadi kekuatan politik penting mandiri. Sejak tahun 1960-an Angkatan Darat telah mengakar dan tertanam kokoh dalam aparatur pemerintahan sipil dari tingkat Nasional hingga tingkat desa. Puncaknya pada Orde Baru, militer bukan hanya menjadi dominasi kekuatan politik didalamnya namun juga merambah pada kekuatan ekonomi . Meluasnya peranan para perwira militer dalam pergulatan ekonomi Indonesia menjadikan mereka lebih percaya diri untuk lebih dalam masuk dalam lingkaran pemerintahan sipil. Hingga saat ini, meskipun kekecewaan masyarakat terhadap keterlibatan militer sanagat besar, tampaknya tak ada kemungkinan untuk mengendalikannya lagi. Mengingat sudah mengakarnya pelembagaan kekuasaan militer atas sipil hingga ke wilayah lokal dan diamininya selama puluhan tahun. 


120110301017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar