Ketika
berbicara tentang perempuan, saya ingat dengan apa yang pernah Soekarno katakan
tentang perempuan bahwa “Soal perempuan adalah soal masyarakat” Yang saya
tangkap dari pernyataan Soekarno tersebut, bahwasanya kedudukan perempuan juga
penting keberadaannya untuk lebih dijunjung kebebasan berekspresinya, tidak
harus dikekang, dipingit, atau dibatasi keberadaannya karena ini sangat
berpengaruh pada soal masyarakat. Bagaimanapun juga perempuan adalah penentu
moral bagi anak-anak generasi bangsa yang kelak akan menjadi calon pemimpin
bangsa. Jadi soal perempuan tidak seharusnya selalu dipandang sebelah mata dan
tidak patut untuk dikesampingkan keberadaannya. Mereka punya peranan yang besar
dalam membentuk masyarakat.
Benarkah
mengekang ataupun memingit perempuan adalah cara terbaik yang harus dilakukan
oleh orangtua ataupun seorang suami ? Saya rasa tidak. Bagaimanapun juga
perempuan juga punya hak untuk bisa hidup layaknya laki-laki. Namun selama
masih batasan nilai-nilai kodratnya. Bagaimana perempuan bisa bersama-sama
laki-laki sebagai pendampingnya yang diantara mereka pasti punya hubungan
timbal balik yang saling membutuhkan. Seperti halnya burung menggunakan kedua
sayapnya untuk bisa terbang jauh di angkasa sana, perempuan dan laki-laki
seperti halnya sayap-sayap itu, saling melengkapi, saling bekerja sama untuk
bisa menggapai puncak tertinggi. Perempuan membutuhkan laki-laki untuk bisa
melindunginya, sama halnya laki-laki membutuhkan perempuan untuk
mendampinginya. Karena apapun yang ada didunia memanglah sudah kodratnya untuk
hidup berpasang-pasangan.
Namun
melihat realitas yang terjadi dijaman sekarang tak ubahnya seperti jaman-jaman
jahiliyah, yang masih memperlakukan perempuan dengan tidak manusiawi. Mungkin
hanya caranya yang berbeda, dahulu apabila ada seorang ibu yang melahirkan anak
perempuan, itu adalah sebuah aib dan haruslah anak itu dikubur hidup-hidup.
Seiring berjalannya jaman, mungkin memang tidak lagi dengan tindakan yang tidak
memanusiakan perempuan, namun saya rasa perlakuan bagi perempuan dijaman
sekarang memang tidak jauh berbeda, bahkan bisa disebut neo-jahiliyah. Kita
berkaca pada pahlawan perempuan kita, yaitu Marsinah, buruh perempuan yang
menggetarkan rejim. Saya lebih sepakat apabila hari tragedi Marsinah selalu
diperingati, karena apabila kita berkaca pada sejarah kelam ini, kita akan
sedikit menyadari betapa termajinalkannya status perempuan.
Dijaman
sekarang saja, ada sekitar 90% dari buruh adalah seorang perempuan. Dan 75%
dari perempuan itu pernah mengalami kekerasan seksual. Bagaimana tidak ngeri
ketika harus mendengar diberbagai radio ataupun surat kabar bahwa setiap
harinya selalu terjadi pelecehan seksual ataupun kekerasan yang dilakukan
majikan terhadap buruh perempuan, dan itu juga banyak terjadi di negeri kita sendiri.
Dengan eksploitasi upah minim, tidak ada jaminan kesehatan ataupun jaminan
sosial, para buruh perempuan masih harus mendapatkan perlakuan yang
sewenang-wenang.
Seharusnya pemerintah
lebih tegas lagi untuk melindungi para buruh perempuan, mungkin salah satunya
dengan memperkerjakan para buruh perempuan hanya di jam-jam tertentu saja,
menjaga kesusilaan ataupun menyediakan angkutan antar jemput bagi mereka. Dan
sampai saat ini hak-hak buruh perempuan yang seperti itu sangat tidak
diperhatikan oleh pemerintah.
Melihat
semua kejadian ini, suatu realitas yang jauh lebih keras dan kejam seperti yang
dipertentangkan Soekarno didalam buku “Sarinah’, bahwasanya wanita hanya
dikekang pada masa itu, hanya berfungsi sebagai reproduksi dan tidak wajib ikut
serta dalam acara publik. Namun kenyataan sekarang jauh lebih pahit melihat
keadaan perempuan dijaman sekarang.
Disinilah
dibutuhkan perhatian dan bentuk dukungan dari seorang laki-laki untuk bisa
lebih memahami dan lebih menghargai keberadaan seorang perempuan, kiprahnya
perempuan juga harus dimerdekakan hak-haknya. Bukan saya setuju dengan pergerakan
feminisme yang terjadi di Eropa sana, mungkin makna dari pergerakan feminisme
Eropa adalah bagaimana perempuan menuntut hak-haknya untuk egaliter dengan
laki-laki. Bahkan terkadang melampui apa yang seharusnya menjadi kodratnya,
terkadang mereka ingin sama dalam semua hal, dari kebebasan berpendapat sampai
pada hal pakaian ataupun stlye. Mungkin kita harus pandai-pandai memilah mana
yang baik dan buruknya dan pergerakan tersebut. Namun saya lebih sepakat
apabila perempuan disini sebagai pendamping dan pelengkap bagi seorang
laki-laki namun tanpa laki-laki mengabaikan hak-hak perempuan. Sepakat dengan
semua apa yang dibahas dalam buku “Sarinah” karangan Soekarno, memanglah urusan
wanita adalah urusan masyarakat. Dan kemajuan atau tingkat keberadapan suatu
bangsa ditentukan oleh tinggi rendahnya bangsa itu memperadapkan perempuan.
Siti Hasanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar