Selasa, 24 Desember 2013

JEPARA DIBAWAH PIMPINAN RATU KALINYAMAT (1546-1579)

I. PENDAHULUAN
Bahasan mengenai sejarah Indonesia  memanglah sangat menarik untuk dikaji khususnya periode abad 16 hingga 18, bahkan  tiap-tiap wilayahpun seolah-olah lupa akan sejarah wilayah itu sendiri yang tak dipungkiri wilayah itu bukan hanya berjaya dimasa kini tetapi sudah menjadi wilayah penting sejak jaman dahulu atas ketangguhan seorang pemimpin juga. Mengingat para sejarawan kita masa-masa ini hanya terfokus terhadap perpolitikan yang dominan dipimpin kaum laki-laki sejak jaman kolonial hingga reformasi, padahal peranan kaum perempuan pun tidak kalah penting dalam kancah perpolitikan bahkan pemerintahan. Ketika kita tahu bagaimana perjalanan sejarah dan kejayaannya sejak ratusan tahun yang lalu, itu akan menambah rasa cinta kita terhadap Indonesia, kita akan mengetahui banyak hal bagaimana sepak terjang wilayah kita dan bagaimana pemimpinnya hingga menjadi wilayah seperti sekarang ini. Ketika mempelajari bahasan ini, kita akan memperoleh pandangan yang lebih lengkap bagaimana peranan historis dan kedudukan seorang wanita juga memainkan peranan penting sehingga mampu memimpin Jepara menjadi suatu wilayah yang diperhitungkan pada masa kerajaan Demak. Ratu Kalinyamat adalah sosok wanita yang mandiri, tangguh, bahkan disegani di masanya.

GENDER ?



Perlu kita pahami bahwasanya gender dan seks itu berbeda makna. Gender adalah kondisi perbedaan antara peran laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor contohnya lingkungan dan budaya. Perbedaan ini dapat berubah sesuai jaman dan perkembangan waktu. Sedangkan seks sendiri adalah kondisi perbedaan fisik yang membedakan laki-laki dan perempuan, dimana lebih mengarah pada perbedaan jenis kelamin. Dalam seks sendiri tidak dipengaruhi oleh lingkungan, namun hal itu sudah merupakan kodrat yang sudah ditentukan Tuhan untuk kita.
            Akhir-akhir ini banyak sekali gerakan perempuan yang mengatasnamakan emansipasi dan “kesetaraan Gender”. Saya cukup bingung dengan makna kata Kesetaraan Gender, Mengapa bukan Keadilan gender ? Kesetaraan lebih mengarah pada kesamaan pembagian  sedangkan keadilan bukan berarti sama tetapi lebih pada sesuai porsi dan seharusnya. Memang benar bahwasanya laki-laki dan perempuan diciptakan dalam derajat, harkat dan martabat yang sama, namun perlu kita pahami bahwa ada saatnya perempuan tidak dapat sama dan setara dengan laki-laki, bahkan sebaliknya. Bagaimanapun juga, itu adalah kodrat. Contohnya naluri laki-laki dalam mengasuh anak berbeda dengan naluri perempuan, dan perempuan sebagai reproduksi sedangkan laki-laki sebagai produksi. Dalam kondisi fisik juga terlihat jelas bahwa laki-laki lah yang lebih kuat, oleh karena itu pekerjaan yang membutuhkan tegana berat pantasnya dikerjakan oleh laki-laki. Perilaku manusia sendiri pun dipengaruhi oleh kondisi fisik, agama dan budaya.
            Dalam modul tentang KONSEP DAN TEORI GENDER yang ditulis oleh Drs.Sri Sundari Sasongko pada Januari 2009 disebutkan bahwa ada beberapa tingkatan dalam memahami makna Gender itu sendiri :
a. Buta Gender (gender blind), yaitu kondisi/keadaan seseorang yang tidak memahami tentang pengertian/ konsep gender karena ada perbedaan kepentingan laki-laki dan perempuan.
b. Sadar Gender (gender awareness), yaitu kondisi/ keadaan seseorang yang sudah menyadari kesamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki. Orientasi pada apa gender ?  dan Siapa ?
c. Peka/Sensitif Gender (gender sensitive), yaitu kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari perspektif gender (disesuaikan kepentingan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan).  Orientasi pada bagaimana peran gender ? apa ada diskriminasi ?
d. Mawas Gender (gender perspective), yaitu kemampuan seseorang memandang suatu keadaan berdasarkan perspektif gender. Orientasi pada mengapa ada perbedaan ?
e. Peduli/Responsif Gender (gender responcive), yaitu kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang sudah dilakukan dengan memperhitungkan kepentingan kedua jenis kelamin. Orientasi pada Apa ada masalah ? Masalah apa? Mengapa bermasalah ?

            Oleh karena itu perlu ada pemahaman yang matang tentang makna gender itu sendiri, karena ini berpengaruh kuat ketika kita akan memahami keadilan gender agar tidak terjadi kesalahan analisis. Bahkan bung Karno sendiri banyak bersuara tentang gender yang menurut bahasa Soekarno didalam buku sarinah tentang perempuan dalam aspek sosial. Ketidakadilan gender dapat dicegah apabila masyarakat memahami dan mawas diri serta bertekad mengubah perilaku kearah peduli gender dalam setiap kegiatan.